Wednesday, August 14, 2013

5 years later insyaa Allah

Iseng aja sih, nggak tahu mau nulis apa. Terus kepikiran mau membahas ini. Bukan bermaksud pamer, bukan. Sama sekali nggak berniat seperti itu. Gimana mau berniat pamer kalau sampai saat ini masih dalam "state of shocked". Rasanya masih nggak percaya kalau sebentar lagi kuliah, jadi mahasiswa, di fakultas kedokteran, dan ngambil jurusan pendidikan dokter.


Waktu ditanya sama temen-temen, rata-rata pada kaget aku kuliah dimana. Jangankan mereka, yang bersangkutan aja masih nggak percaya hehe. Bukannya kenapa-kenapa, masalahnya selama ini nggak pernah kepikiran buat belajar apalagi meniti karir menjadi seorang dokter. Aku selalu bilang pada orang-orang bahwa aku pinginnya jadi insinyur, atau seenggaknya ilmuwan lah. Atau terserahlah pekerjaannya apa, yang penting belajar matematika dan fisika, karena itu mata pelajaran favoritku selain bahasa inggris. Dulu bahkan waktu masih di asrama sempet masang fotonya ITB sama ITS :p

Kenapa nggak pingin jadi dokter? Aku sendiri juga nggak tahu pasti kenapa nggak pingin, bahkan nyaris antipati kalau ada yang bicara tentang profesi satu itu. Tapi mungkin itu berkaitan sama masa kecil dan lingkunganku dulu.

Dokter, klinik, rumah sakit, apotek, dan obat-obatan itu bukan barang asing waktu kecil dulu, sering dijumpai malah, karena ceritanya dulu waktu kecil penyakitan. Iya, penyakitan. Penyakitnya seabrek. Pernah sakit macem-macem. Jadi mungkin ada rasa trauma dan penolakan terhadap hal-hal diatas, dan salah satu cara menghindarinya adalah dengan tidak menjadi seorang dokter.

Atau mungkin, justru karena sering didorong-dorong untuk jadi dokter, malah berkeinginan sebaliknya. Bukan orangtua sih yang kepingin. Adalah orang-orang di sekitar. Sempet kesel juga, banget, kalau ada yang ngomong, "Belajar yang rajin, biar pinter, nanti jadi dokter...". Kenapa jadi dokter? Kenapa nggak jadi presiden? Ilmuwan? Pengacara? Atau detektif sekalian. Jujur saja, aku dibesarkan dengan film-film Hollywood yang cerdas, canggih dan menceritakan kecanggihan teknologi. Jadi kurasa menjadi bagian dari orang-orang yang menciptakan 'kecanggihan' dan cerdas itu luar biasa keren haha :D

Tapi toh mau bagaimana lagi, sudah terlanjur diterima hehe :p Kalau ceritanya kok bisa akhirnya memilih untuk jadi dokter, ya anggap saja hidayah *dilemparsepatu*. Nggak ada cerita spesial sih, cuma merasa mungkin ini pilihan yang tepat. Percaya atau nggak, keputusan itu dibuat 3 minggu sebelum tes SBMPTN :D
Mohon doanya saja, semoga bisa bertahan kuliahnya, karena aku tahu kuliahnya bakalan berat (dan luamaa), praktiknya apalagi, belum nanti kerjanyaT.T Semoga bisa menjaga amanah yang diberikan, menjadi dokter yang shalihah dan bermanfaat bagi sesama. Amiiin

No comments:

Post a Comment